*GpA0GUC5TSAoGSM6GUG0BSriTi==*

Kolaborasi Apik S2 Pariwisata Unram Dengan Pengabdian Masyarakat pada Agrowisata Sangkareang Berbasis Keraifan Lokal


Global Lombok|NTB - Desa Tetebatu Selatan, yang terletak di kaki Gunung Rinjani, memiliki potensi luar biasa dalam sektor agrowisata. Salah satu inisiatif yang mulai dikembangkan adalah Agrowisata Sangkareang, yang bertujuan menggabungkan keindahan alam, pertanian berkelanjutan, dan kearifanlokal sebagai daya tarik utama.


Program ini dirancang tidak hanya untuk meningkatkan perekonomian desa, tetapi juga melestarikan budaya dan lingkungan yang berkelanjutan.


Hizbulwathan selaku ketua kelompok Tani menjelaskan bahwa Kelompok Taruna Tani Sangkareang melalui Agrowisata saat ini memanfaatkan tanaman Hortikultura seperti Cabai, Melon, Tomatbuah, Tomat Sayur, Salada, Packcoy, Lectuceromana dan buncis secara organik sehingga memiliki kualitas dan kuantitas produk yang lebih baik.


"Pengembangan tanaman hortikultura ini dilakukan dengan tehnologi Green House dan Irigasi Tetes dan Perlakukan Organic," jelasnya.


Saat ini Kelompok Taruna Tani sudah memiliki 10 Green House (GH) dan targetnya akan terus bertambah menjadi 50 GH bahkan 100 GH tahun 2025. Proses pertanian hortikultura ini bisa di kembangkan menjadi daya tarik bagi Wisatawan terkait budidaya hingga pengolahan hasil pertanian, sehingga wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga mendapatkan wawasan tentang kehidupan agraris masyarakat lokal.




Sementara itu, Murianto sebagai dosen Pendamping menjelaskan bahwa Program pengembangan agrowisata ini akan melibatkan berbagai pihak dan stakeholders mulai dari pemerintah daerah, akademisi, NGO, masyarakat lokal, media dan pelaku bisnis pariwisata.


Program Pengabdian Masyarakat agrowisata ini melibatkan Akademisi Pariwisata Unram, Bale Agung Ajar Wali dan Kinanta Foundation. Pendekatan partisipatif yang dilakukan tentu sangat membantu menyukseskan kegiatan karena sesuai dengan potensi, dan kebutuhan serta aspirasi anggota kelompok taruna tani sangkareang.


"Program pemberdayaan Masyarakat pada kelompok tani sangkareang pada atraksi Agrowisata Sangkareang adalah langkah nyata untuk mengintegrasikan pembangunan ekonomi dengan pelestarian budaya dan lingkungan. Disamping itu juga, konsep berbagi yang digagas oleh anggota kelompok sangatlah mulia. Mereka memiliki komitment berbagi 15 % net profit untuk kegiatan sosial seperti pemberian Beasiswa, santunan anak yatim, santunan lansia dan kegiatan sosial lainya," bangganya.





Dengan konsep berbasis kearifan lokal, desa Tetebatu Selatan siap menjadi destinasi unggulan yang tidak hanya menawarkan keindahan, tetapi juga menyuguhkan kebijaksanaan hidup yang harmonis dengan alam.


"Untuk mendapatkan pengalaman wisata terbaik, kunjungi desa Tetebatu Selatan dan rasakan keunikan Agrowisata Sangkareang yang memikathati," sambungnya sedikit berpromosi.


Senada, Buana selaku Ketua prodi Magister Pariwisata Universitas Mataram menyatakan komitmen kuat untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan pengabdian masyarakat sebagai wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. 


"Salah satu pilar penting dari program ini adalah pengabdian masyarakat, yang bertujuan untuk memberdayakan komunitas lokal, khususnya di bidang pariwisata, dengan pendekatan berbasis riset dan inovasi," jelasnya.


Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, mahasiswa S2 Pariwisata Unram dilatih untuk memahami dinamika sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat lokal, terutama di kawasan yang memiliki potensi wisata. 


Dengan demikian, program ini tidak hanya fokus pada aspek teoretis, tetapi juga memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas pariwisata berbasis kearifan lokal. 


Keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa Program S2 Pariwisata Unram tidak hanya menjadi pusat unggulan pendidikan, tetapi juga agen perubahan sosial yang berkontribusi pada pengembangan pariwisata yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis masyarakat. 


Hal ini sejalan dengan visi Universitas Mataram untuk menjadi institusi pendidikan tinggi yang memberikan dampak positif, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.


Setali tiga uang, Sunardy dari Yayasan Bale Agung ajar wali juga memberikan penekanan bahwa agrowisata berbasis pada budaya local ini juga sangat penting untuk kolaborasi antara agrasiwisata pertanian dan budaya local Masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari cara hidup Masyarakat, tata krama Masyarakat dan tanggungjawab Masyarakat untuk pariwisata berkelanjutan.


"Disamping itu juga, Bale Agung juga berupaya untuk memberikan sosialisasi tetang membatik berbasis alam yang akan dilakukan oleh taruna tani sangkareang. Kegiatan ini juga bisa menjadi atraksi edu wisata pada kelompok tani tersebut," bebernya.

 Dengan pendekatan kolaboratif dengan berbagai pihak maka program ini berperan dalam menciptakan solusi inovatif untuk tantangan yang dihadapi sektor pariwisata desa Tetebatu Selatan dan sekitarnya.


Sementara pihak Kinata Foundation yang diwakili Sumaidi atau yang akrab disapa Bang Edong menyatakan mendukung 100 persen Pembangunan iklusifitas di desa wisata Tete Batu Selatan. 


"Apa yang sudah dilakukan oleh taruna tani sangkareang sejatinya sudah merupakan implementasi dari konsep inklusifitas Dimana mereka telah melakukan upaya-upaya menyeluruh dengan membangun system pertanian yang terintegrasi bahkan menjadi bentuk adaptasi perubahan iklim," ungkapnya.


Terlepas dari itu rekan-rekan taruna tani bahkan sudah mengejawantahkan inklusifitas ke arah penjaminan sosial dengan menyisihkan keuntungan mereka untuk mengelola kerentanan di aspek Pendidikan dengan mekuliahkan 2 anggota mereka ke salah satu universitas.


"Praktik ini adalah bentuk inklusi yang harus menjadi semangat membangun Pendidikan kita. Terlebih lagi saat ini mereka juga mengakomodir salah satu Masyarakat yang disable dan tidak terbatas hanya memberikan hasil namun memberdayakan mereka dalam upaya menyeluruh, memberikan tanggungjawab salah satu lahan pembibitan untuk dikelola sendiri tanpa mengikat dengan bagi untung atau system sejenisnya," pujinya.


Mengelola kelompok rentan dengan memberikan tanggungjawab kepada para janda tua atau Perempuan kepala rumah tangga juga merupakan praktik baik yang sudah dilakukan.


"Inilah yang seharusnya kita kuatkan untuk pola-pola baru dalam membangun inklusifitas di Masyarakat dengan melibatkan lapisan masyarakat secara menyeluruh tanpa melihat latarbelakang mereka, melibatkan Masyarakat dalam setiap tahapan agar terjadi transfer pemahaman dan pengetahuan yang nyata dalam bentuk dunia kerja sehingga terbangun inklusifitas di komunitas Taruna Tani Sangkareang. Kami “kinanta” akan terus mencoba mengembangkan pola-pola local yang sudah dilakukan oleh komunitas sebagai bentuk praktik baik yang terukur, terarah dan terdiseminasi khususnya yang memberikan dampak langsung bagi Kesehatan, Pendidikan dan perekonomian. Agar bisa ditiru dan duplikasi sehingga terbangun ketangguhan Masyarakat secara utuh," tukasnya.


Erin, salah satu mahasiswa S2 Pariwita mengatakan Di kaki Gunung Rinjani, tepatnya di Desa Tetep Batu Selatan, terhampar lahan subur yang menghasilkan sayuran organik berkualitas. Potensi ini menjadi inspirasi untuk mengembangkan peluang usaha kreatif bagi para ibu di desa ini. Salah satu ide usaha yang sedang dirancang adalah cooking class khusus olahan sayuran organik, yang tidak hanya meningkatkan keterampilan memasak tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan ekonomi keluarga

Cooking Class: Dari Kebun ke Meja Makan

Program cooking class ini mengajarkan para ibu cara mengolah sayuran organik menjadi berbagai hidangan sehat, lezat, dan menarik. Tidak hanya resep tradisional, tetapi juga inovasi makanan modern seperti salad, jus detoks, mie sehat berbahan bayam, hingga camilan berbahan dasar sayuran seperti keripik wortel atau nugget brokoli. Langkah Strategis untuk Usaha

1. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal: Sayuran organik yang tersedia di desa digunakan sebagai bahan utama, mengurangi biaya produksi dan meningkatkan nilai tambah hasil panen.

2. Peningkatan Keterampilan: Melalui cooking class, para ibu belajar teknik memasak, pengemasan, hingga strategi pemasaran.

3. Membangun Jaringan Pemasaran: Produk hasil olahan dipasarkan ke pasar lokal, kafe-kafe sehat di sekitar Lombok, dan dipromosikan melalui media sosial.

4. Pelatihan Berkelanjutan: Cooking class diadakan secara rutin dengan tema yang berbeda, memberikan variasi dan inovasi yang terus menarik minat pelanggan.

Manfaat Jangka Panjang

Melalui program ini, para ibu tidak hanya memperoleh keterampilan baru, tetapi juga berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dengan memanfaatkan sayuran organik. Selain itu, usaha ini dapat menjadi roda penggerak ekonomi desa, menciptakan lapangan pekerjaan baru, dan memperkenalkan Desa Tetep Batu Selatan sebagai destinasi agrowisata kuliner sehat.

Visi ke Depan

Dengan semangat gotong-royong, program cooking class ini diharapkan mampu melahirkan produk-produk unggulan yang menjadi ciri khas desa. 


"Bersama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat, sejahtera, dan berkelanjutan bagi para ibu dan masyarakat Desa Tetep Batu Selatan.

Kembangkan potensi lokal, mulai dari dapur desa, untuk menjangkau dunia!" tutupnya. (rls/*)

Komentar0