*GpA0GUC5TSAoGSM6GUG0BSriTi==*

Abah Dr. Muazar Habibi : Antara Sahabat dan Saudara

Sahabat
Abah Dr. Muazar Habibi, S.Psi.,M.Psych.,M.Pd* ,Mudirul 'Aam Pesantren Lentera hati Islamic Boarding School


Antara Sahabat dan Saudara: Tinjauan dari Sisi Islam, Psikologi, dan Sosial dalam Konteks Beda Pilihan di Pilkada
Penulis: *Abah Dr. Muazar Habibi, S.Psi.,M.Psych.,M.Pd* ,
Mudirul 'Aam Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School

GLOBAL LOMBOK, - Pilkada atau pemilihan kepala daerah seringkali menjadi momen penting dalam demokrasi di Indonesia. Namun, dibalik hiruk pikuk pemilihan, sering terjadi fenomena yang menarik: perbedaan pilihan politik antara sahabat dan saudara. Dalam masyarakat yang majemuk, sangat wajar jika perbedaan ini muncul, namun dampaknya terhadap hubungan pribadi bisa beragam. Bagaimana Islam, psikologi, dan perspektif sosial memandang perbedaan pilihan politik antara sahabat dan saudara? Mari kita telaah lebih dalam.

_*Tinjauan Islam: Persaudaraan dan Ukhuwah dalam Perbedaan Pandangan*_

Dalam Islam, konsep ukhuwah atau persaudaraan sangatlah kuat, baik dalam hubungan darah maupun antar sesama Muslim. Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk tetap menjaga kerukunan dan persatuan, bahkan dalam kondisi perbedaan. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 10, disebutkan: *“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu…”* Ayat ini menunjukkan bahwa dalam Islam, persaudaraan tidak boleh dirusak oleh perbedaan, termasuk perbedaan pilihan politik.

Islam mengajarkan adab dalam berpendapat, salah satunya adalah menghormati pandangan orang lain dan tidak memaksakan pendapat. Dalam konteks Pilkada, perbedaan pilihan antara sahabat dan saudara tidak seharusnya menjadi alasan untuk merusak ukhuwah. Nabi Muhammad SAW selalu menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dan menghindari konflik yang tidak perlu. Jika terjadi perbedaan pandangan politik, umat Islam diarahkan untuk menghadapinya dengan cara yang bijaksana dan menjaga persaudaraan di atas segala-galanya.

*_Tinjauan Psikologi: Konflik Identitas dan Pengaruh Perbedaan Politik_*

Dari perspektif psikologi, perbedaan pilihan politik antara sahabat dan saudara sering kali bisa memicu ketegangan. Hal ini berkaitan dengan konsep identitas sosial, di mana pilihan politik menjadi bagian dari identitas individu. Menurut teori identitas sosial yang dikembangkan oleh Henri Tajfel, individu cenderung mengelompokkan dirinya ke dalam kategori tertentu, seperti partai politik atau ideologi. Ketika seseorang menemukan bahwa sahabat atau saudara mereka memilih pihak yang berbeda, ada kemungkinan munculnya rasa keterancaman terhadap identitas sosial mereka.

Namun, psikologi juga menunjukkan bahwa kedekatan emosional dapat mengatasi perbedaan ini. Sahabat atau saudara yang memiliki hubungan yang kuat akan lebih mampu menerima perbedaan pandangan karena mereka lebih mengutamakan hubungan personal dibandingkan perbedaan politik. Penelitian psikologis menunjukkan bahwa kemampuan untuk mendengarkan, empati, dan keterbukaan terhadap pandangan orang lain dapat membantu meredakan ketegangan yang muncul akibat perbedaan pilihan politik.

*_Tinjauan Sosial: Dinamika Sosial dalam Beda Pilihan Politik_*

Secara sosial, Pilkada sering kali membelah masyarakat menjadi berbagai kelompok pendukung, yang terkadang membuat perbedaan pilihan politik menjadi sumber konflik. Dalam masyarakat Indonesia yang dikenal sangat beragam, Pilkada dapat menjadi momen di mana kesetiaan terhadap calon tertentu diuji, bahkan dalam lingkup keluarga atau persahabatan.

Namun, perbedaan pilihan politik di dalam keluarga dan antara sahabat sebenarnya merupakan cerminan dari dinamika demokrasi yang sehat. Dalam konteks sosial, hubungan persahabatan dan persaudaraan sebenarnya harus menjadi perekat yang kuat untuk menahan potensi perpecahan. Di banyak komunitas, peran sosial dari sahabat dan saudara adalah sebagai penyeimbang yang mendorong dialog terbuka dan damai, meskipun ada perbedaan pandangan.

Dalam masyarakat, penting untuk tetap menjaga komunikasi yang baik meskipun pilihan politik berbeda. Sering kali, perpecahan terjadi bukan karena perbedaan pilihan politik itu sendiri, tetapi karena kurangnya komunikasi yang sehat dan penghargaan terhadap hak untuk berbeda pendapat.

*_Mengatasi Perbedaan: Pelajaran dari Sahabat dan Saudara_*

Di sinilah kita dapat belajar banyak dari Islam, psikologi, dan sosial tentang bagaimana mengatasi perbedaan dalam pilihan politik tanpa merusak hubungan. Dalam Islam, ada tuntunan untuk mengedepankan akhlak yang baik dalam setiap hubungan, termasuk dalam situasi berbeda pilihan politik. Perbedaan seharusnya tidak menjadi penyebab keretakan persaudaraan.

Dari perspektif psikologi, kita bisa melihat bahwa perbedaan pandangan politik dapat menjadi peluang untuk memperkuat ikatan, jika dihadapi dengan empati dan keterbukaan. Sahabat dan saudara yang memiliki dasar hubungan yang kuat akan lebih cenderung memahami bahwa perbedaan politik adalah hal yang wajar dan tidak perlu mengancam kedekatan yang sudah terjalin lama.

Secara sosial, hubungan antara sahabat dan saudara juga harus dilihat sebagai jembatan yang mempersatukan, bukan memisahkan. Sahabat dan saudara memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga keharmonisan, bahkan ketika mereka berbeda pandangan politik. Budaya Indonesia yang kaya akan nilai gotong-royong dan musyawarah bisa dijadikan contoh bagaimana masyarakat kita mampu mengelola perbedaan dengan cara yang positif.

*_Kesimpulan: Harmoni dalam Perbedaan Pilihan_*

Pada akhirnya, perbedaan pilihan politik antara sahabat dan saudara dalam Pilkada bukanlah alasan untuk merusak hubungan. Islam mengajarkan kita untuk menjaga ukhuwah dan tidak membiarkan perbedaan menghalangi persatuan. Psikologi menunjukkan bahwa hubungan emosional yang kuat dapat mengatasi konflik akibat perbedaan pandangan politik. Sementara dari perspektif sosial, perbedaan pilihan adalah bagian dari demokrasi yang sehat dan bisa menjadi peluang untuk berdialog lebih terbuka.

Dalam Pilkada, kita diingatkan bahwa sahabat dan saudara adalah pilar yang harus dijaga, tidak peduli siapa yang kita pilih. Dengan menjaga hubungan baik dan saling menghormati, kita bisa tetap bersatu dalam keberagaman, dan inilah esensi dari demokrasi yang sebenarnya.

Komentar0